Selasa, 31 Agustus 2010

Sudahkah Kita Beriman?


Sudahkah kita beriman? Bagaimana cara mengetahui bahwa kita benar-benar telah beriman? Cara yang paling mudah dan sederhana untuk mengetahui bahwa kita benar-benar beriman adalah ketika kita tertimpa musibah, ujian atau cobaan apakah kita mampu mengembalikan segala urusan kepada Allah atau tidak? Jika kita mampu mengembalikan segala sesuatu yang menimpa kita, baik suka maupun duka datangnya dari Allah. Maka kita telah benar-benar beriman.

Ketika kita mampu berpegang teguh kepada keimanan kita kepada Allah niscaya kita merasakan manisnya iman. Dalam keadaan suka kita bersyukur dan di saat kita tertimpa musibah kita mampu bersabar. kemampuan untuk bersandar kepada Allah itulah yang disebut dengan benar-benar telah 'keimanan.' Tidak ada daya upaya apapun kecuali hanya kepada Allahlah kita bersandar dan Allah memudahkan segala urusannya. Sebagaimana Firman Allah yang berbunyi,

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya (QS. Ath-Thalaq : 4).

Rasulullah juga menyampaikan tips agar kita bisa merasakan manisnya iman, sebagaimana sabdanya,

'Ada tiga perkara jika seseorang mampu melakukannya maka ia akan merasakan manisnya iman. Pertama, ia mencintai Allah dan rasulNya melebihi rasa cintanya kepada orang lain. Kedua, ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Ketiga, ia sangat benci apabila kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci apabila dimasukkan ke dalam neraka.' (HR. Muslim).

By: agussyafii

Allah Tidak Tidur


Kemaren siang saya mendapatkan email dari seorang Ibu yang bertutur tentang pengalaman beliau bahwa Allah tidak tidur, Allah selalu membalas apapun yang pernah kita lakukan dalam hidup ini, tanpa terasa air mata saya menetes membaca email yang menuturkan pengalaman beliau.

Assalamualaikum Mas Agus,

Boleh khan saya sedikit sharing mengenai pengalaman saya pribadi yang bisa diambil hikmahnya yang mungkin bisa Mas Agus sharing-kan keteman-teman yang lain.

Yang pertama adalah :
Pada suatu hari saya pulang dari tugas luar kota. Sambil menunggu supir menjemput di bandara saya melihat seorang gadis mahasiswi berdiri kebingungan dan bertanya kepada saya, apakah bis yang menuju Blok M sudah lewat. Saya jawab sudah kira2 5 menit yang lalu dan dia bertanya yang akan datang masih lama gak. Saya jawab biasanya lama. Saya juga menanyakan mau kemana yang dijawab mau ke daerah Cilandak. Karena saya kasian saya tawarkan untuk ikut saya. Walaupun rumah saya di Cibubur, saya tawarkan saya akan lewat Cilandak. Dan saya antarkan sampai Cilandak. Sampai sekarang saya juga tidak tau namanya.

Beberapa minggu kemudian saya ditugaskan ke Palembang untuk yang pertama kali, saya belum pernah kesana dan Alm. suami saya pada waktu itu bilang harus berhati2 karena disana banyak penjahat yang biasa menghilang di lorong2 setelah melakukan kejahatan.

Alhamdulillah di pesawat saya duduk bersebelahan dengan Ibu, yang saya juga lupa namanya, hanya yang pasti beliau mempunyai perkebunan kelapa sawit. Beliau menawarkan untuk mengantar saya ke hotel tanpa dikenakan biaya apapun dan keadaan saat itu hujan lebat. Saya bersyukur sekali karena dalam keadaan hujan lebat, tidak tau daerah, kwatir akan keselamatan, ada yang membantu tanpa pamrih.

Allah tidak tidur, Dia melihat dan membalas semua yang kita lakukan.

Kejadian kedua adalah, pada waktu itu (kira2 2 tahun yang lalu), kami sekeluarga pergi berlibur ke Cipanas Garut, menginap di penginapan yang mempunyai fasilitas Waterboom dan sebagai penghuni penginapan tersebut kami mendapatkan fasilitas untuk ketempat tersebut berupa karcis gratis. Pada hari terakhir, kami berencana akan pulang ke Jakarta dan sebelumnya akan menggunakan fasilitas Waterboom tersebut, mengingat anak2 senang main disana. Tetapi ternyata pagi itu listrik padam, sehingga air untuk luncuran tidak nyala. Saya dan Alm Suami bilang ke anak2, karena listrik mati dan tidak tau sampai kapan lebih baik kita langsung pulang aja ke Jakarta.

Tapi saya berfikir bahwa tiket gratis mubazir kalau tidak dipergunakan. Pada saat itu saya melihat Bapak2 beserta istri dan anaknya, keliahatannya penduduk setempat. Bapak itu sedang menghitung uang, secara tidak sengaja saya melihat isi dompetnya yang isinya hanya sedikit, padahal harga karcis untuk masuk Waterboom termasuk mahal untuk penduduk setempat. Saya hampiri Bapak tersebut dan saya bilang bahwa karcis ini untuk Bapak, dia bengong sambil berkata, berapa saya musti bayar. Saya bilang ini gratis, langsung saya pergi.

Beberapa bulan dari saat itu kebetulan kantor Alm. suami mengadakan family gathering di Dufan, Ancol. Karena pada saat itu Alm. Suami mulai tidak enak badan, saya mengajak supir saya untuk ikut sekalian menjaga anak saya. Karena karcis hanya untuk keluarga, supir tidak bisa masuk. Saya mencoba untuk membeli, tapi tidak bisa, karena sudah di reserve untuk acara kantor tersebut. Eh tiba2 ada seorang ibu muda datang, baik Alm suami (walaupun satu institusi) maupun saya tidak kenal ibu tersebut yang menawarkan karcis karena anaknya tidak perlu karcis karena masih 2 tahun.

Subhanallah Allah menggantikan tanpa kita minta dan tanpa kita duga.

Yang terakhir adalah baru hari ini. Terakhir saya memberikan amalan atas nama Alm. Suami untuk aktifitas Rumah Amalia melalui Mas Agus (benar2 ikhlas dan tanpa pamrih). Hari ini ada seorang vendor yang dulu dekat (tanpa ada ikatan dan tanpa ada pamrih apapun) dan beliau baru tau bahwa suami saya sudah meninggal lebih dari 5 bulan yang lalu. Dan dia juga bilang kepada teman kantor saya bahwa beliau kenal dengan Alm. Suami saya dan tau persis bahwa saya sangat menyayangi Alm. Beliau bertemu dengan saya dan mengucapkan belasungkawa sambil menyatakan keterkejutannya, kemudian saya kembali ke meja kerja saya. Beberapa lama kemudian, anak buah Beliau, Office Boy (kebetulan Beliau sebagai vendor outsource office boy untuk kantor kami) menemui saya dan memberikan amplop serta menyampaikan bahwa ini dari Beliau yang isinya berupa materi dengan ucapan turut berduka cita yang dalam.

Walaupun Suami saya meninggalkan kami semua sudah cukup lama, ternyata rejeki atas meninggalnya Beliau masih berdatangan.

Mas Agus, saya sangat bersyukur sekali dan banyak makna yang bisa diambil. Salah satunya adalah selalu rela dalam memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa pamrih. Allah tidak tidur, Dia Maha Tau dan Maha Bijaksana atas apapun yang dikerjakan oleh hamba-hambaNya. Subhanallah ....Mudah2an cerita pengalaman saya ini bisa diambil manfaatnya untuk orang lain.

By: agussyafii

Senin, 30 Agustus 2010

Manfaat Bersyukur

Justify Full
Hidup ini adalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang jauh lebih berharga daripada kebanggaan diri. Pernah ada seorang bapak yang datang ke Rumah Amalia yang merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi karena tidak ada yang bisa membanggakan dirinya karena merasa telah gagal mendidik anaknya. Saya mengatakan kepada beliau bahwa hidup ini lebih berharga daripada sebuah kebanggaan diri kita.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. ar-Rahman : 26). Allah mengingatkan kita bahwa orang yang hidupnya mencari kebahagiaan sesungguhnya orang yang tidak bahagia karena kebahagiaan itu adalah anugerah Allah yang setiap hari melimpah datang dalam hidup kita. Terkadang kita hanya perpikir apa yang hilang dan apa yang tidak ada dalam hidup kita. Cobalah berpikir apa yang ada pada diri kita maka kita ada banyak anugerah Allah yang kita bisa syukuri. Bukankah hidup ini akan menjadi lebih indah apabila kita mensyukurinya?

Jika kita mampu bersyukur dalam segala kondisi dan keadaan maka banyak manfaat kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah.

Pertama, Mengucapkan puji syukur 'alhamdulillah' membuat tubuh dan jiwa kita menjadi kuat karena ucapan puji syukur 'alhamdulillah' adalah cermin sikap kita untuk rela menerima apapun keadaan yang Allah berikan kepada kita untuk membentuk dan mendewasakan diri kita. Sebagaimana Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam harus menghadapi cercaan dan makian orang-orang yang menentang beliau. Kekuatan dan keteguhan hati Nabi Muhammad yang membuatnya mampu melewati semua ujian dan cobaan dengan senantiasa mengucap puji syukur kehadirat Allah.

Kedua, Mengucapkan puji syukur 'alhamdulillah' akan mudah kita untuk memaafkan. Mengucapkan puji syukur kehadirat Allah membuat cara pandang kita terhadap orang yang menyakiti, melukai atau mengkhianati kita dengan cara pandang kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ketiga, Mengucap puji syukur 'alhamdulillah' adalah kemampuan kita membuang energi negatif di dalam diri kita dan dengan izin Allah menggantikannya dengan energi positif di dalam diri kita. Segala perasaan buruk, penyakit hati seperti marah, dengki, kecewa, dendam yang tersimpan di dalam diri kita yang harus kita buang. Membuang energi negatif bukan dengan cara menekan atau seolah merasakan tidak terjadi apapun. Membuang energi negatif di dalam diri kita adalah dengan senantiasa mengucapkan 'alhamdulillah' puji syukur kehadirat Allah berarti sebuah permohonan agar Allah berkenan mengubah energi negatif di dalam tubuh kita menjadi energi positif, yang buruk menjadi baik, yang benci menjadi cinta dan yang hina menjadi mulia.

Yuk, bersyukur... !

By: agussyafii

Petunjuk Allah


Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada manusia melalui berbagai saluran. Pertama dan tertinggi adalah wahyu, dalam hal ini bagi seorang Muslim adalah Al Qur'an dan kemudian dijelaskan oleh hadis Nabi. Al Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang percaya (Q/2:97), petunjuk bagi orang yang patuh dan takwa, hudan lil muttaqin (Q/2;2).

Bagi orang yang tidak percaya, al Qur'an tak berfungsi apa-apa (Q/2;6). Petunjuk Allah juga disampaikan melalui sunnatullah (hukum alam) pada alam semesta dan pada sejarah manusia, karena sunnatullah itu konsisten bagaikan hukum besi yang tak bisa ditawar dan diganti. (Q/35:43). Oleh karena itu orang yang pandai menangkap fenomena alam dan sejarah, yang mau belajar kepada alam dan sejarah manusia, ia bisa menjadi cerdas, bukan saja bisa menerangkan makna kejadian, tetapi juga mampu memprediksinya.

Dalam perspektif inilah maka sepanjang sejarah kemanusiaan selalu saja muncul orang bijak dengan kata-kata mutiaranya, muncul hukama dengan kata-kata hikmahnya. Hikmah itu sendiri kata Nabi bagaikan mutiara yang tercecer, yang bisa ditemukan entah oleh siapa saja (al hikmatudlallat al mu'min anna wajadaha), oleh karena itu kapanpun orang menemukannya, hendaknya cepat pungut, meski mutiara itu berada di lumpur. (khuz al hikmat walau min ayyi wi`a'in kharajat).

dan barang siapa beruntung dapat memungut hikmah, maka kata al Qur'an, sungguh ia bagaikan menemukan "durian runtuh" yang tak ternilai harganya (waman yu'ta al hikmata faqad utiya khairan katsiran (Q/2:269). Ali bin Abi Thalib pernah berkata; Perhatikan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang berbicara (undzur ma qala wala tandzur man qala).

By: agussyafii

Semangat Tadarus

Malam ini di Rumah Amalia sehabis sholat tarawih kami bertadarus. Tadarus merupakan kegiatan yang membawa keteduhan hati. Nampak anak-anak Amalia dengan senyum khasnya. Atun, Lusi, Mitha, Riska, Dwi, Ratih, Eko, Biyan dan anak-anak Amalia lainnya sudah siap dengan al-Qur'annya. Lantunan ayat suci al-Quran dibaca silih berganti. Itulah yang membuat kami menjadi terasa bahagia.

Sekarang ini jarang sekali menjumpai orang-orang bertadarus. Jika ada yang bertadarus hanyalah orang tua. Anak-anak muda agak sulit saya jumpai bertadarus. Mungkin kondisi sekarang memang sedikit berbeda. Zaman telah berubah. Terkadang membuat hati menjadi miris. Bila membaca al-quran sudah tidak lagi diminati oleh anak-anak muda. Tadarus diwaktu saya masih sekolah Tsanawiyah suka sekali mengaji dimasjid bersama-sama teman-teman. Kami berkelompok membaca al-quran, terkadang sampai pagi, sehabis sholat subuh kami melanjutkannya dengan berdiskusi menelaah setiap ayat yang kami baca. Kebiasan untuk bertadarus menjadikan keindahan tersendiri. Apa lagi sejak keberadaan Hana tadarus sebelum tidur tidak bisa kami tinggalkan.

Di Rumah Amalia, kami membiasakan anak-anak Amalia agar menghapal Juz Amma' surat-surat pendek. Kami membaca bersama-sama. Membiasakan anak-anak membaca al-quran sebagai upaya agar sedini mungkin anak-anak mencintai al-quran, membaca ayat-ayat suci sekaligus menggali maknanya. Untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap al-quran tidak bisa sendirian, haruslah terbangun kondisi yang dilakukan secara terus menerus agar terbentuk pembiasaan yang menyenangkan. Sebab tadarus selain dimaknai dengan membaca al-quran namun juga mengkaji dan menelaah.

Maka alangkah indahnya bila semangat tadarus adalah semangat menjadikan al-quran sebagai bacaan kita setiap muslim melalui gerak hati dengan nafasnya dalam setiap langkah kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari untuk senantiasa menyebarkan cinta dan kasih sayang bagi sesama.

By: Agussyafii

Rizki Allah


Dalam kitab al-Isti'adzah diceritakan Imam Ja'far ash-Shidiq didatangi seseorang yang mengeluh kemiskinan dan kesulitan hidupnya. Imam Ja'far berkata padanya, 'Bila engkau sudah kembali nanti sewalah sebuah tempat untuk berjualan dan duduklah di dalamnya.' Imam Ja'far kemudian menyerahkan sedikit uang. Laki-laki itu menjawabnya, 'Ya Imam Ja'far, aku tidak bisa berjualan.'

Imam Ja'far mengatakan,' Tenanglah dengan rizki Allah, Allah lebih menyayangi hambaNya dan tidak akan melupakanNya. '

Kemudian laki-laki itu kembali ke Kufah. Menyewa sebuah tempat untuk berjualan dan duduk didalamnya. Beberapa waktu kemudian datanglah seseorang yang berkata kepadanya. 'aku punya barang dagangan yang baik, maukah kau membelinya?' Laki-laki itu menjawab,'Kalo aku punya uang, aku akan membelinya.' 'Ambillah barang dagangan ini dan pajanglah. Kapanpun laku ambillah keuntungan dan bayarkan kepadaku sesuai harga barang dagangan ini.'

Laki-laki itu setuju dan memajang barang dagangannya. Dalam waktu singkat datang beberapa orang tertarik untuk membelinya. Sampai barang itu habis terjual. Beberapa hari kemudian Pemilik barang dagangan itu datang, laki-laki itu membayar semua barang dagangan yang terjual. Laki-laki itu mendapatkan rizki dari Allah untuk memenuhi kebutuhannya, Keadaannya semakin baik sesuai harapannya. Menggantungkan harapan hanya kepada Allah untuk mendapatkan limpahan rizki. Allah telah memberikannya rizki yang tidak terduga. Subhanallah.

'Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki.' (QS. Ar-Ruum : 40).

By: agussyafii

Minggu, 29 Agustus 2010

Sholat Sebagai Penyejuk Jiwa


Ketika kita dihadapkan dengan badai dan ombak samudra kehidupan yang terasa berat, tidak ada cara yang bisa dilakukan kecuali tawakal kepada Allah. Demikian juga ketika kita harus mengarungi berbagai permasalahan hidup hanya kepada Allahlah kita berserah diri.

Itulah yang dialami seorang Ibu, malam itu beliau bersama suami dan putrinya sedang berdoa bersama dengan anak-anak Amalia untuk almarhum putra tercintanya, meninggal dunia diusia muda. Di Rumah Amalia terdengar lantunan ayat suci, dalam keheningan kami khusyuk memanjatkan doa, memohon kepada Allah agar putra tercinta diterima disisiNya. Setelah selesai, Malam itu kami melanjutkan perbincangan.

Menurut beliau cobaan yang teramat berat dalam hidupnya adalah disaat dirinya dan keluarganya kehilangan putra pertamanya setahun silam. 'Waktu saya ditinggal putra saya, alhamdulillah saya bisa melalui dengan sholat, sholat adalah penyejuk jiwa saya. Semuanya saya kembalikan kepada Allah.' Beliau mengaku mulai rajin sholat sekitar setahun yang lalu. Waktu itu beliau merasakan guncangan itu begitu luar biasa sehingga membuatnya rajin untuk melakukan sholat dan pada saat itu pula beliau memutuskan untuk menutupi aurat sebaik mungkin dengan memakai jilbab.

Kebiasaan sholat sebagai penyejuk jiwa dijalaninya, tidak hanya dirinya, tetapi juga suami dan anak-anaknya. 'Kami sekeluarga suka sholat berjamaah dan dilanjutkan dengan mengaji bersama.' tutur beliau. AIr matanya berlinang, sesekali mengusap wajahnya yang basah. Dalam pengakuan beliau hidupnya sering menghadapi masalah. 'Dalam hidup, siapapun orangnya tidak akan pernah dari masalah, ujian, kesulitan dan penderitaan. Semua itu hal yang biasa namun yang membedakan bagaimana cara menyelesaikan masalah itu sendiri dan saya memilih menyelesaikan dengan sholat, berserah diri pada Allah.' Tutur beliau. Malampun terasa hening, kami meresapi makna setiap tutur dalam keberserahan seorang hamba kepada Sang Khaliq. Subhanallah, Maha Suci Allah.

--
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk(QS. al-Baqarah: 45).

By: agussyafii

Ampuni Aku Ya Allah!


Dalam keheningan malam menangis meneteskan air mata dan berdoa dengan hati yang tersayat perih, 'Hatiku menangis karena dosa-dosa namun bergembira saat melakukannya, kemudian mataku menangis sedih atas apa yang terjadi akibatnya.'

Wahai masa muda, Wahai Pemberi Rahmat, sekehendakNya kepada salah seorang dari orang-orang yang menangis, apakah Engkau akan menjagaku kelak di Masa Kebangkitan? '

Walaupun belum Engkau terima taubatku, Wahai Yang Maha Mulia, telah mendekat juga bagiku waktu kembali. Wahai Yang Pengasih, walaupun Engkau palingkan wajahMu dariku, maka dengan yang haq, aku akan menjaga wajahku agar tidak berpaling dari wajah-Mu. Jika Engkau luaskan nikmatMu dan Engkau beri aku nikmat yang tiada habis sejak dahulu kala, tidak akan menjadikan nikmat bagi aku yang pendosa.'

Ampuni aku Ya Allah!

--
Dari tujuh orang yang mendapatkan naungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada Hari Kiamat kelak, ketika matahari hanya sejengkal dari kepala adalah air mata yang menangis memohon ampun kepada Allah, sebagai Sabda Nabi, 'Dan orang yang mengingat Allah sendirian, lalu air matanya bercucuran.' (HR. Bukhari & Muslim).

By: agussyafii

Doa Memohon Keberkahan Keluarga


Robbanaa hablana min azwaajina wadzurriyaatina qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaama. Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan hidup dan keturunan yang menenangkan hati bagi kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa (QS. al-Furqan : 74).

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir bahwa Ibnu Abbas mengatakan yang dimaksud dengan keluarga menjadi penenang hati adalah keluarga yang taat kepada Allah. Ikrimah juga mengatakan demikian. Ketika Hasan al- Bashri ditanya tentang doa ini, ia menjawab, 'Yakni ketika seorang Muslim melihat pasangan hidupnya, anak-anak dan karib kerabatnya taat kepada Allah. Demi Allah! Tidak ada yang lebih menenteramkan hati selain melihat pasangan hidup kita, anak-anak kita dan keluarga kita taat kepada Allah.'

Ibnu Abdul Barr dalam kitabnya 'al-Istidzkar mengatakan, Doa ini terkandung pelajaran yang sangat berharga yakni setiap Muslim harus berusaha menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarganya dalam kebaikan dan ketaqwaan yang terlebih dahulu sebelum menjadi panutan bagi orang lain. Jika ia berhasil menjadi panutan maka ia akan memperoleh pahala yang besar disisi Allah karena amalnya sendiri, amal keluargannya dan amal orang-orang yang mengikutinya. '

By: agussyafii

Doa Memohon Kebaikan


Ya Allah, baikkanlah agamaku yang merupakan pemelihara bagi urusan2ku, baikkanlah duniaku yang padanya terdapat kehidupanku, baikkanlah akheratku yang padanya tempat aku kembali dan jadikanlah hidup sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikanlah mati sebagai peristirahatan bagiku dari semua kejahatan. (HR. Muslim).

al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir mengatakan, maksud dari pemelihara bagi urusan2ku adalah pemelihara bagi urusan2ku dalam keburukan dan kerusakan. Sebab orang yang rusak agamanya rusak pula seluruh urusan hidupnya sehingga jadilah ia orang yang merugi di dunia dan di akherat. Maksud baikkanlah duniaku adalah cukupkan hidupku di dunia dengan rizki yang halal, yang dapat membantuku untuk taat kepadaMu. Sedangkan baikkanlah akheratku adalah baikkan akidah dan amalan didunia ini sehingga aku menjadi orang yang beruntung di akherat nanti.

Maksud dari jadikanlah hidup sebagai penambah kebaikan bagiku adalah jadikan hidup sebagai sarana bagiku untuk berbuat taat kepadaMu. Sedangkan maksud dari jadikanlah mati sebagai peristirahatan bagiku dari semua kejahatan adalah jadikan mati sebagai jalan keluar bagiku dari segala kesedihan, kesulitan dan kesengsaraan hidup di dunia sehingga aku terbebas dari semuanya.

By: agussyafii

Mensyukuri Penderitaan


Pernah ada seorang teman yang kepada saya, 'aku ini sudah rajin sholat dan beriman kepada Allah, kenapa sih Allah malah memberikan cobaan dalam hidupku? Mestinya kalo aku rajin sholat malah hidupku bahagia dong?'

Saya kemudian bertanya padanya, siapa yang bilang kalo kita rajin sholat dan semakin beriman kepada Allah kita menjadi bahagia seolah tidak akan duji oleh Allah? Yang terjadi malah sebaliknya. Semakin tinggi tingkat iman dan taqwa seseorang maka ujian yang Allah berikan semakin berat. Ujian, penderitaan, cobaan dan musibah adalah wujud kasih sayang Allah sebab semua itu untuk kebaikan diri kita agar kita menjadi semakin kuat dalam mengarungi kehidupan.

Jika iman kita memang sebenar-benarnya iman maka penderitaan tidak membuat kita menjadi terpuruk malah menjadi bertambah kokoh iman dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namun bila imannya semu dan hanya topeng semata maka sedikit penderitaan saja membuat dirinya jatuh tersungkur kembali menjadi kufur.

'Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, 'Kami telah beriman' sedang mereka tidak diuji lagi?' (QS. al-Ankabuut : 2).

'Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramy dan belum nyata orang-orang yang bersabar.' (QS. ali-Imran : 142).

Oleh sebab itu setiap penderitaan yang kita rasakan patutlah kita mensyukurinya karena penderitaan itu untuk menyeleksi dan membuktikan apakah kita orang yang kuat ataukah orang yang lemah?. Mensyukuri penderitaan berarti mensyukuri kasih sayang Allah yang telah meningkatkan kualitas diri kita menjadi seorang Mukmin dan Muttaqin yang sesungguhnya.

Mari kita syukuri setiap penderitaan yang hadir..

By: agussyafii

Ketegaran Seorang Ibu


Minggu Malam setelah kegiatan 'Aksi Sosial Amalia' seorang ibu berkenan hadir di Rumah Amalia. 'Maaf Mas Agus, saya hadir justru di malam hari.' tutur beliau. Kami bercerita tentang kegiatan 'Aksi Sosial Amalia' sungguh sangat meriah, banyak teman2 yang berkenan hadir. Banyak Ibu dari anak2 Amalia bertumpah ruah dijalan. Anak-Anak Amalia mengikuti lomba bersama Kak Dian, Kak Suci, Kak Yusman, Kak Nia, Kak Ranie dan di bazaar banyak juga Kakak relawan yang juga ikutan pada kegiatan 'Aksi Sosial Amalia.'

Setelah kami bercerita kegiatan 'Aksi Sosial Amalia' beliau kemudian curhat, Kehidupannya sepintas terlihat berlimpah karena suaminya seorang pengusaha sehingga dirinya dan anak-anaknya selalu tampil menawan. Namun bila dilihat lebih mendalam kehidupannya berbaur dengan berbagai penderitaan yang datang silih berganti tetapi semua itu dianggapnya sebagai kasih sayang Allah kepada dirinya sehingga yang dirasakan kedamaian dalam jiwa.

Sampai pada satu hari perusahaan yang dikelola oleh suaminya mengalami kredit macet, seluruh rumah dan kekayaannya disita oleh Bank. Perusahaannya jeblok. 'Kami bersyukur karena Allah pernah menitip rizki yang berlimpah dengan kekayaan materi, kini kami patut ikhlas menerima musibah yang telah menjadi kehendakNya. ' tutur beliau yang nampak terpukul dengan musibah itu.

Pederitaannya masih terus berlanjut, suaminya terserang sakit jantung. Praktis hanya bisa di tempat tidur dalam keadaan yang mengenaskan. Sementara Ibu harus membanting tulang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan dapur dan biaya pengobatan untuk suami tercinta. Upayanya selama setahun tidak mampu menghindarkan apa yang sudah menjadi kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Suami menghembuskan napas yang terakhir. Kenyataan itu mengguncang jiwanya, tangis dan air mata adalah sisa kekuatan yang terakhir dimiliki olehnya.

Diawal kehidupannya sebagai 'Single Parent' tidaklah mudah dengan 4 anak yang harus dihidupinya teramat berat dipikulnya. Dengan segala upaya kesabaran, keikhlasan dan kekuatan dari anak-anaknya Ibu perlahan kembali bangkit. Namun Allah belum berhenti menguji ketabahannya sebagai orang yang beriman. Dokter menyatakan bahwa ginjalnya sudah rusak, tidak bisa disembuhkan lagi, tubuhnya drop, berat badan langsung turun dalam waktu seminggu. 'Dokter memvonis umur saya hanya bisa bertahan paling lama enam bulan, Alhamdulillah hingga kini saya masih disayang Allah diberikan umur yang panjang,' tutur beliau.

Segala puji bagi Allah bagi semesta Alam, saya masih diberikan amanah oleh Allah untuk hidup. Saya berniat untuk menggunakan sisa hidup saya dengan berbuat baik dan bershodaqoh untuk anak-anak Amalia.' tutur beliau malam itu. Peristiwa yang menimpanya bertubi-tubi menjadikan jiwa semakin tegar. Menjadikan beliau semakin yakin bahwa semua cobaan itu agar dirinya semakin kuat imannya dan kuat hatinya menuju jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Sebagai manusia mungkin saya pernah melakukan banyak hal yang dilarang oleh Allah, namun hanya satu yang saya harapkan bahwa semua cobaan, ujian dan musibah yang saya alami makin menguatkan iman saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,' ucapnya dengan mantap. Sungguh indahnya ketegaran seorang Ibu yang hadir di Rumah Amalia. Subhanallah. Maha Suci Allah.

By: agussyafii

Bekal Kehidupan


Di Rumah Amalia malam itu kami kedatangan seorang bapak bersama istri dan anak-anaknya. Kehadiran beliau membawa kebahagiaan untuk kami semua. Terutama anak-anak Amalia. Terpancar dari wajahnya yang berseri-seri bertanda kedamaian dalam hatinya. Beliau sebagai ayah dan suami untuk menjaga harmonisasi rumah tangga dan profesinya sebagai seorang pengusaha tentunya tidaklah mudah. Namun dengan bekal iman yang kuat dan berusaha menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya membuat beliau mampu menjaga keutuhan keluarga dan teladan sebagai kepala rumah tangga bagi anak-anak dan istrinya.

'Bagi saya agama adalah dasar dalam kehidupan kita sehari-hari Mas Agus Syafii, agama merupakan pondasi yang harus dijaga dengan kokoh dalam kepribadian kita,' tutur beliau. Dalam pengakuan beliau dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dirinya berusaha keras agar menunaikan segala kewajibannya sebagai seorang Muslim. Terutama dalam mendidik anak. Semua perbuatan haruslah dilakukan sesuai dengan ajaran agama.

Pendidikan agama yang ditanamkan oleh orang tuanya sejak kecil sangat membantu beliau dalam menjalani kehidupan. 'Pendidikan agama adalah bekal kehidupan,' lanjut beliau. Anak-anak Amalia nampak dengan riang menghapal surat al-Ma'un. Suaranya terdengar ramai. 'Setiap kali saya bekerja dan berusaha hasilnya seperti apa, semuanya saya serahkan kepada Allah. Saya selalu membiasakan diri untuk selalu sholat tepat lima waktu dan menyempatkan diri untuk sholat tahajud,' ungkap beliau.

Beliau mengatakan apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya selalu diterapkan untuk anak-anaknya. 'Anak-anak tidak bisa hanya disuruh namun juga teladan seorang ayah, kalo saya menyuruhnya sholat tetapi saya tidak sholat lantas buat apa? Anak-anak sekarang itu lebih kritis lo Mas Agus daripada zaman kita dulu,' ucap beliau dengan senyuman. 'Sholat mesti ditanamkan pada anak-anak kita bukan hanya sebagai kewajiban namun juga kebutuhan seperti kebutuhan kita makan sehari-hari. ' tambahnya.

Kendati beliau sibuk dengan mengurus kegiatan usaha yang dijalankannya, masalah sholat tidak bisa ditawar-tawar lagi. 'Saya merasa kalo tidak sholat seperti ada yang membuat saya gelisah.' ucap beliau. 'Saya pernah dulu sempat protes dan marah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tetapi membuat saya makin menderita sampai akhirnya saya menyesal bahwa saya telah salah melangkah. Itulah sebabnya saya tidak ingin anak-anak saya melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah saya lakukan. Itulah sebabnya saya membekali kehidupan anak-anak saya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' tutur beliau, terlihat air matanya menetes. Air mata seorang ayah membekali kehidupan anak-anaknya dengan kecintaan kepada Allah. Subhanallah.

---
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. ( QS. Ath-Thalaq : 4)

By: agussyafii

Yang Terbaik Untuk Kita


Pernah ada seorang pemuda datang menghampiri saya dan mengatakan, 'kenapa hidup saya selalu tidak beruntung, wajah saya terbilang jelek, saya miskin, tidak memiliki teman, saya kalo berjalan terlihat aneh, saya selalu gugup berkumpul dengan orang banyak. Saya ingin tampil percaya diri, banyak teman, tidak gugup. Saya ingin sempurna, saya ingin bahagia Mas Agus.'

Itulah gambaran, apabila kita mengejar impian tidak tercapai, hidup kita menjadi terasa terpuruk, jatuh dan tersungkur. Kepercayaan diri juga ikut terjatuh, yang dirasakan hidupnya semakin jauh dari harapan yang diinginkannya karena disebabkan ketidaksempurnaan yang yang ada pada dirinya.

Ketika dalam kehidupan kita sudah seperti itu, dirundung dalam kegagalan dan kesedihan. Cara pandang terhadap diri kita dan terhadap orang lain menjadi berubah. Menginginkan diri sempurna, menganggap Allah tidak adil, bahkan semakin iri apabila orang lain lebih baik daripada dirinya.

Pada dasarnya Allah sudah menetapkan rizki, jodoh, kehidupan pada setiap orang dengan keadilanNya. Namun disaat kita sedang tertimpa kegagalan dan kesedihan terasa berat kita menjalaninya. Seolah Allah Subhanahu Wa Ta'ala berlaku tidak adil, kenapa Allah menciptakan penderitaan? Kenapa Allah harus menurunkan ujian atau musibah hanya untukku?

Memang terkadang hidup ini terasa berat, bila kita merasa dirundung kesedihan. Kegagalan menggapai impian bukanlah akhir dari segalanya. Percayalah bahwa sesungguhnya Allah tidak akan pernah menjerumuskan kita namun Allah telah memberikan yang terbaik dalam hidup kita karena kegagalan dan kesedihan kita saat ini tidak bisa kita melihat yang terbaik yang ada pada diri kita. Apa yang ada pada diri kita saat ini dan apa yang kita miliki saat ini itulah yang terbaik pada diri kita.

--
Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui apa-apa. (QS. al-Baqarah : 216).

By: agussyafii

Mengakhiri Kedukaan


Saya pagi tadi menerima email dari seorang Ibu yang beberapa hari yang lalu sempat berkunjung ke Rumah Amalia, beliau menuturkan kisahnya sampai saya meneteskan air matanya terbayang betapa beratnya kehidupan yang harus dilalui oleh beliau.

Assalamu'alaikum,

Apa kabar pagi ini? semoga Mas Agus dan keluarga besar Rumah Amalia sehat walafiat yak!Masih inget aku to? yang kemaren tempo hari ke Rumah Amalia? Aku pengen sedikit sharing sapa tau bisa membantu buat teman2 yg mengalami prolem yang sama seperti yg sedang aku alami sebagai 'single parent.' status sosial yang keren, Wow....Jika kurenungkan berbulan-bulan telah berlalu. Kusadari sisa-sisa depresi karena kehilangan orang yang kucintai tidak lagi sedemikian besar seperti ketika baru terjadi. Bersama berlalunya waktu dan kesibukan aku bersama anak-anak bisa menyesuaikan dengan tidak hadirnya suamiku dalam kehidupan kami.

Dihari pertama setelah dimakamkan suamiku, anakku yang paling kecil bertanya, 'Mamah, nggak ada papah sepi ya?' Pertanyaan spontan yang terlontar dari anakku itu seperti pisau yang menyayat hatiku. Terasa perih. Hari-hari yang berlalu dalam kesunyian, semua mengingatkan kami kepada seseorang yang hadir dengan senyum dan tawanya diantara kami, anak-anak dan istrinya. Sarapan pagi yang sepi, kami tak berselera melahap apa yang tersedia, meski aku selalu menyediakan telor ceplok almarhum suamiku dan kursi kesayangannya kini tetaplah kosong.

Disetiap dalam percakapan dengan teman-teman di pengajian antar keluarga atau pertemuan arisan yang aku ikuti selama almarhum suamiku masih hidup, aku tidak pernah merasa 'single parent' setiap mereka menanyakan selalu aku menjawabnya dengan kata 'alhamdulillah kami sehat' atau 'kami akan pertimbangkan dulu' kami yang dimaksud adalah aku dan suamiku. Ada rasa dihati yang kurang sreg melihat tatapan mata mereka yang mengenal kami pasca meninggalnya suamiku. Akhirnya aku memutuskan tidak lagi mengikuti acara-acara seperti itu lagi.

Jika aku bertemu dengan orang yang tidak dikenal, ku ceritakan kalo aku masih mempunyai seorang suami dan selalu aku cari alasan mengapa tidak ada di rumah. Aku menyadari bahwa perbuatan seperti itu tidak boleh karena membohongi orang lain namun aku seringkali menghibur diriku sendiri untuk melindungi aku dan keluarga jangan sampai dihina dan direndahkan orang lain setelah mereka mengetahui status perkawinanku. Bahkan di status FBku masih tertulis menikah. Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa suamiku sudah tiada. Seringkali aku mengajaknya bercakap-cakap dan seolah dia menjawab dalam bayangan dibenakku.

Dan aku tak suka dengan sebutan 'Single Parent' atau bahasa umumnya disebut dengan 'janda.' sebutan itu membuatku tidak nyaman, nggak enak buatku yang masih muda. Tanpa kusadari perhatianku ama anak-anak menjadi berkurang. Anak-anak tidak terurus karena aku tenggelam dalam kesedihan dan kesunyian tanpa suami sehingga aku sering melamun. Aku menjadi cuek setiap kali anak-anak bertanya padahal mereka juga membutuhkan kasih sayangku sebagai orang tua, ibu yang sekaligus ayah. Wajahku menjadi muram, penampilan yang tidak terurus aku makin menakutkan bagi anak-anak dan para tetanggaku, hehehe..serem nggak tuh Mas ^_^ (ojo diledek yo...!)

Kebayang nggak Mas, aku kayak begitu hampir setahun lebih dikit..terus hidup dalam bayang-bayang almarhum suamiku dan benak hayalanku seolah itu nyata. Sampai aku lihat sampeyan punya kegiatan di Rumah Amalia. Jujur wae sebenarnya aku males dan nggak pengen ke Rumah Amalia cuman waktu itu aku dipaksa ama temanku yang nggak tahu daerah Ciledug, minta ditemenin. 'Yo wis-lah timbangane mumet nang omah wae' aku akhirnya ikut ke Rumah Amalia. Sejak awal pertemuan aku merasakan berbeda seperti bayanganku. Aku merasakan kehangatan dan cinta kasih yang tulus dari Mas Agus dan anak-anak Amalia.

Aku jadi ngerti ternyata ada orang mengalami hal-hal yang lebih berat dari yang aku alami dan banyak orang yang juga kehilangan orang2 yang dicintai, aku sadar status sosialku tidak perlu membuatku malu, tidak perlu dibanggakan namun juga tidak perlu dipersoalan. Doa bersama anak-anak Amalia itu benar-benar membuat hatiku menjadi tenteram dan damai Mas..Ternyata masih banyak orang yang mau menjadi temanku dan mereka menerimaku apa adanya. Sejak dari Rumah Amalia itu aku mengikuti kegiatan-kegiatan baru, seperti kegiatan sosial di RT, pengajian bahkan ikutan Kopdar temen2 di FB.

Aku jadi lebih memperhatikan anak-anakku, kalo waktunya sholat, aku selalu ingetin mereka. Jangan sampai mereka lalai melaksanakan sholat lima waktunya. Ternyata aku masih menjadi manusia yang utuh sekalipun aku udah kehilangan suami. Masih banyak orang yang mebutuhkan keberadaanku, bukan hanya anak-anakku tapi juga teman, kerabat dan aku seperti dibutuhkan bagi anak-anak Amalia. Sekarang aku nggak malu lagi Mas Agus...untuk berterus terang kepada siapapun yang aku jumpai tentang siapa aku yang sebenarnya. Aku sudah cukup kuat dan mampu mengakhiri semua kedukaan yang aku rasakan sekalipun kejujuranku terasa perih dihati. Aku harus bisa bersyukur dan menerima apa yang ada, yang aku miliki sekarang ini bahkan juga hidupku sendiri adalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, masih banyak orang yang membutuhkan kehadiran dan uluran kasih sayangku Mas..Subhanallah

By: agussyafii

Orang Besar


Ukuran besar dan kecil sesungguhnya merupakan konsep sosial, oleh karena itu sesuatu yang dipandang besar oleh suatu lapisan masyarakat,mungkin dipandang kecil oleh lapisan masyarakat yang lain.

Tetapi yang jelas ukuran besar itu dihubungkan dengan ruang. Sesuatu yang kecil di tempat sempit bisa dipandang besar, jika dipindah ke ruang besar maka ia dinilai sebagai sesuatu yang kecil. Karena manusia pada hakikatnya adalah jiwanya, maka orang yang bertubuh besar tidak serta merta dipandang sebagai orang besar. Orang besar adalah orang yang fikirannya,gagasann ya, perhatiannya dan langkah-langkahnya melampaui ruang (tempat dan waktu) dimana ia berada .

Pemimpin besar suatu bangsa adalah pemimpin yang perhatiannya menyentuh seluruh wilayah negeri dimana bangsa itu berada dan menembus jauh ke masa-masa dimana generasi masa depan akan hidup. Ia tidak terpaku memikirkan dirinya dan keluarganya, tetapi yang difikirkan
adalah kesejahteraan bangsa hingga puluhan dan ratusan tahun ke depan. Karena ia berpikir panjang maka seorang pemimpin besar mampu mengalah demi untuk kemenangan di belakang hari.

Mengalah bukanlah kalah, karena untuk mengalah diperlukan kekuatan, sedangkan kalah adalah kelemahan, yakni tidak memampu mengatasi masalah yang dihadapi. Ciri orang besar adalah namanya tetap disebut, nasehatnya tetap didengar, gagasannya tetap diteruskan meski ia telah meninggal puluhan atau ratusan tahun yang lalu. Pemimpin yang pusat perhatiannya pada mempertahankan kekuasaan dirinya adalah orang kecil meski ia menduduki tahta besar.

By: agussyafii

Kemesraan Suami Istri


Terkadang suami istri tidak harus serius, sekali waktu juga perlu bercanda. sama yang terjadi Sepasang suami istri sedang berada dalam mobil, menyusuri jalan dalam kota, dan saling mendiamkan karena beberapa menit lalu mereka baru saja saling menatap. Tak lama, mereka melewati sebuah areal perkampungan di mana banyak terdapat kambing dan sapi yang sedang merumput.

Si Suami menunjuk ke kawanan kambing dan sapi itu sambil berkata kepada si Istri, 'Saudara-saudara mu ya tuh?'

'Iya,' jawab si Istri, 'Saudara ipar.' mendengar jawaban itu sang suami langsung tertawa, istrinyapun juga ikut tertawa. Itulah kemesraan suami istri.

Apa kabar teman2 semua? semoga dipagi yang indah ini anda dan keluarga senantiasa sehat selalu. Selamat menikmati indah hari ini bersama keluarga, berkumpul dan bergembira. Salam kami untuk keluarga tercinta.

By: agussyafii

Mengapa Kita Sholat?


Pertanyaan, mengapa kita sholat? Apakah Allah membutuhkan untuk disembah oleh hambaNya? Pada dasarnya Allah tidak membutuhkan untuk disembah oleh hambaNya. Mau disembah atau tidak, Allah tetaplah Maha Besar. Kitalah sebagai hamba yang membutuhkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita membutuhkan waktu untuk mengadu segala permasalahan kita, kita meminta tolong dan memohon ampunan atas segala dosa yang kita lakukan sehingga amal yang dihisab pertama kali dalam hidup kita adalah sholat.

Amal yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Bila sholat seseorang baik seluruh amalnya juga baik. Demikian juga sebaliknya jika seseorang sholatnya buruk maka akan buruk seluruh amalnya (HR. Thabrani).

Oleh sebab itu kita harus melaksanakan dengan sungguh-sungguh karena sholat mempengaruhi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sholat pula juga menjadi pilar terakhir dalam kepribadian kita. Sholat juga menjadi sumber cinta dan kasih sayang pada diri kita yang mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Sesungguhnya pilar-pilar Islam akan runtuh satu persatu. Ketika runtuh pilar pertama maka manusia akan berpegang teguh pada pilar berikutnya. Keruntuhan pilar Islam berawal dari diabaikannya hukum-hukum Islam dan pilar terakhir yang akan runtuh adalah sholat (HR. Ibnu Hibban).

Sejenak mari kita bertanya pada diri sendiri, dimanakah kita meletakkan sholat dalam kehidupan kita? sejauh mana kita menjaganya? Sudahkah Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan mengintegrasikan semua bacaan yang terkandung di dalam kehidupan sehari-hari?

Betapa pentingnya sholat hingga Allah mengingatkan di dalam al-Quran berkali-kali hal yang tidak boleh terlupakan. Allah dalam ayatNya selalu mengingatkan agar kita mendirikan sholat bukan mengerjakan sholat. Mendirikan bermakna ruh kesadaran terbangun di dalam diri kita. Ada kesungguhan dan keseriusan untuk melaksanakan. Bukan hanya melaksanakan dan menggugurkan kewajiban namun tertanam di dalam diri kita makna sholat yang sesungguhnya yaitu tiada diri dan ego kita, yang ada hanya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang yang berkehendak pada seluruh hidup kita. Itulah sebabnya mengapa kita sholat.

By: agussyafii

Kesungguhan


Pada suatu hari di Rumah Amalia ada seorang pemuda yang bertutur betapa kelamnya masa lalu dan masa kininya. Ia bersungguh-sungguh untuk menutup lembaran kelam dalam hidupnya dan memulai yang baru yaitu memilih jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya yakinkan padanya langkah pertama yang harus dilakukan adalah 'Komitmen' terhadap diri sendiri dan Usahakan untuk memberitahukan kepada orang-orang disekelilingnya bahwa 'anda adalah bukan orang yang dulu lagi!'

Saya memuji kesungguhannya dalam pilihan hidupnya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bila kita memang ingin memulai hidup baru dibutuhkan komitmen dan kesungguhan. Arahkan, kerahkan sekuat tenaga dan pusat pikiran kita ada disitu, dan hanya di situ! Harus diakui hal itu tidaklah mudah. Dari yang tidak pernah sholat sama sekali, tiba-tiba sholatnya bersemangat lima waktu bahkan sholat tahajud, sholat dhuha dijalaninya. Hidup baru berarti berubah. Bila tidak bersungguh-sungguh paling banter cuman sehari bisa bertahan.

Kita harus berubah, bukan yang dulu lagi. Ini adalah jati diri kita. Dari kebiasaan kita yang lama, kita mesti berhenti. Alangkah tidak mudahnya mengubah jati diri dan kebiasaan lama karena memang sulit Itulah sebabnya menjadi penting agar kita mengerahkan sekuat tenaga dan pikiran, seluruh komitmen dan kesungguhan kita untuk hijrah menuju jalan Allah, jalan yang diridhaiNya.

Menurut Ibnu Taimiyah, sekali orang mengambil keputusan menuju jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebaiknya ia memberikan seluruh komitmennya. Pantang mundur atau menariknya kembali. Cuma ada dua kemungkinan, laksanakan semua atau tidak sama sekali. jangan biarkan pintu terbuka! Tutuplah lorong yang memungkinkan kita untuk melarikan diri kembali ke masa kegelapan.'

--
Berangkatlah engkau baik dalam keadaan ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (QS. At-Taubah : 41).

By: agussyafii

Tujuan Hidup


Hidup itu untuk apa? Apa yang kita cari dalam hidup ini? Apakah aku sanggup menanggung beban hidup ini? Begitulah pertanyaan yang selalu muncul ketika kita merasa ditimpa kemalangan atau beban hdiup yang terasa berat. Bagi orang yang beriman kepada Allah, tentunya beriman pada hari akhir yang dijanjikan oleh Allah bahwa ada kehidupan abadi yang lebih baik daripada kehidupan didunia ini.

'Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS. ar-Ruum :8).

'Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada Kami?' (QS. al-Mu'minuun : 115).

Orang yang beriman mengerti sesungguhnya hidup kita didunia ini hanyalah singgah sementara yang diibaratkan 'mampir minum' Kita semua akan melanjutkan perjalanan ke kampung akherat yang kekal. Disana tempat dimana semua perbuatan kita didunia akan dipertanggungjawabk an.

'Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan.' (QS. al-Jaatsiyah : 22).

Maka bagi seorang Mukmin hidup didunia adalah kesempatan untuk mengumpulkan bekal sebaik-baiknya dengan mengisi hidupnya dengan ibadah dan amal kebaikan. Maka segala kesedihan, beban dan ujian hidup adalah salah satu cara Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguji iman kita didunia ini. Apakah kita bisa lulus disetiap ujian dan cobaaan? Ataukah kita akan gagal? Semuanya ditentukan oleh pilihan hidup kita masing-masing. Itulah sebabnya sebuah penderitaan bagi orang yang beriman adalah krikil manis atau pahitnya coklat yang manis di dalamnya. Bukan batu besar yang menimpa tubuh kita.

Orang yang beriman menganggap setiap penderitaan sebagai ujian sekaligus pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga bila kita ditimpa penderitaan didunia kita akan menyerahkannya kembali kepada Allah penuh rasa syukur. Kita justru senang karena kita percaya dengan ujian, cobaan, beban hidup dan penderitaan ada sebuah pahala dan bekal hidup kita diakherat kelak.

By: agussyafii

Jumat, 27 Agustus 2010

Vonis Dokter

Justify Full
Malam telah larut seorang ibu hadir di Rumah Amalia berniat bershodaqoh untuk kesembuhan putra beliau karena putranya yang menginjak dewasa harus masuk rumah sakit karena penyakit kronis yang dideritanya. Setelah dilakukan pemeriksaan putra beliau dinyatakan oleh dokter bahwa sakit yang dideritanya harapan untuk sembuhnya sangatlah tipis. Menurut dokter agar memenuhi keinginan putranya dan berdoa, 'Siapa tahu ada harapan untuk sembuh, Allah Maha Menyembuhkan Ibu.' begitu tutur dokternya.

Malam itu kami bersama anak-anak Amalia berdoa memohon kesembuhan untuk putranya. Malam itu beliau terlihat sangat bersedih dan sangat khawatir keadaan putranya. Itulah sebabnya beliau berniat bershodaqoh untuk kesembuhan putranya.

Dua pekan kemudian ada kabar yang cukup menggembirakan, dokter telah memberitahukan kepada sang ibu bahwa putranya memiliki harapan untuk disembuhkan dan keadaan sedikit demi sedikit telah membaik. Belakangan saya ahirnya putra beliau telah keluar dari rumah sakit dalam keadaan sehat walfiat. Semuanya sangat berbahagia dan bersyukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kesembuhan dan begitu besarnya kasih sayang Allah padanya. Subhanallah.

----
Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).

By: agussyafii

Kekuatan Tutur Kata


Pada suatu hari seorang teman bertutur, disebuah stasiun kereta api tanpa sengaja bertemu dengan seorang penjual asongan yang kehilangan tangan sebelahnya sedang menjajakan dagangannya karena hatinya iba dan ingin menolong. Dikeluarkan uang selembar sepuluh ribuan lalu diberikanlah uang itu padanya.

Sejenak berpikir di dalam benaknya ia merasa bersalah, segera kembali penjual asongan dan mengatakan kepadanya, 'Maaf bapak, saya tidak bermaksud merendahkan bapak. saya tahu, bapak adalah seorang pengusaha.' Lalu mengambil sebuah pulpen kemudian meninggalkan penjual asongan.

Setahun kemudian teman itu melintasi stasiun kereta api yang sama. Terdengar suara seseorang menyapa dirinya. 'Apa kabar Mas?' sapa seorang pemilik toko di stasiun kereta api. 'Saya sudah lama menunggu anda di toko ini.' kata pemilik toko. "Barangkali anda lupa, saya adalah penjual asongan yang waktu itu menyebut saya sebagai pengusaha sehingga saya termotivasi kata-kata anda sehingga saya bekerja keras untuk memiliki sebuah toko,' katanya dengan bangga menunjukkan tokonya.

Teman itu menceritakan betapa terharunya dirinya karena ia tidak mengira penjual asongan yang dia jumpai setahun yang lalu kini telah memiliki sebuah toko yang cukup besar distasiun kereta api.

Pesan dari kisah ini menunjukkan bahwa Tutur kata yang kita ucapkan memiliki sebuah kekuatan. Ucapan kita mampu memberikan motivasi seperti yang terjadi pada penjual asongan namun juga sebaiknya bila bertemu dengan orang yang tidak tepat malah menjerumuskan kita kepada kehancuran. Nabi mengajarkan kita agar senantiasa berkumpul dengan orang-orang sholeh, yaitu orang yang mampu menularkan kebahagiaan, kesehatan dan kedamaian dalam hidup kita.

----
'Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.' (QS. At Taubah: 119).

By: agussyafii

Si Anak Kecil


Ada anak kecil yang terkagum-kagum seraya memegangi mobil mewah. Seorang pemuda pemilik mobil sudah memperhatikan dari tadi menyapa anak kecil itu dan berkata, 'Hei, adik kecil, Ayo naik ikut jalan-jalan ama kakak.' Nampak wajahnya penuh kegembiraan anak kecil itu masuk ke dalam mobil.

'Mobil kakak bagus ya..?' ucap anak kecil itu dengan polosnya.
'Alhamdulillah, mobil ini hasil kerja keras kakak,' ucap pemilik mobil. 'Kita jalan-jalan kemana nih?' tanyanya.
'Berhenti di jalan depan itu aja kakak.' jawab anak kecil itu menunjuk sebuah perkampungan ditengah kota metropolitan. Banyak anak-anak kecil yang sedang berlarian, kampung itu terlihat kumuh. Gerobak tempat sampah berjajar dipinggir gang sempit. Pemilik mobil itu menunggu tidak terlalu lama. Si anak kecil itu mendorong kursi roda adiknya yang lumpuh sejak lahir. Adiknya menyapa pemilik mobil dan melontarkan senyum manisnya.

'Ini mobil bagus dek. nanti kalo aku sudah besar bakal kerja keras terus beli mobil bagus seperti untuk kamu dek..' kata si anak kecil itu pada adik. Adiknya penuh mata berbinar. 'Benar kak?' tanya adiknya. 'Benar,' jawab anak kecil itu sambil menunjukkan lengan kanannya yang sudah berotot. Dua wajah kecil itu tertawa. Sang pemilik mobil tanpa berasa meneteskan air matanya melihat adegan itu.

Pesan kisah diatas menunjukkan seseorang bisa melakukan sesuatu yang luar biasa disebabkan karena penderitaan keluarga, kejadian yang tidak menyenangkan, bahkan rasa empati maupun simpati. Semua peristiwa atau kejadian mempengaruhi jiwa kita dan mampu menjadi pembangkit semangat yang luar biasa dalam hidup kita seperti si anak kecil itu untuk berbuat kebaikan yang dilandaskan pada cinta dan empati terhadap penderitaan sang adik yang lumpuh sejak lahir.

--
Dan orang2 yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan, sesunggunhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat2 yang tinggi di dalam surga yang mengalir sungai2 dibawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik2nya pembalasan bagi orang2 yang beramal yaitu yang bersabar dan tawakal kepada Tuhannya. (QS. al-Ankabuut : 58-59).

By: agussyafii

Ikut Mama Atau Papa?


Suatu hari sepasang suami istri yang sudah dikaruniai tiga anak, bertengkar. Anak pertama berusia 5 tahun, anak kedua 3 tahun dan anak ketiga masih menyusu pada ibunya. pertengkaran itu, piring, gelas dan peralatan rumah tangga lainnya beterbangan dan pecah. Karena istrinya tidak tahan lagi.

'Pa, kalau begini terus lebih baik kita cerai! Aku sudah nggak tahan lagi melihat tingkah laku papa!' seru istrinya dengan suara yang keras dan emosi tinggi sambil membanting piring ke lantai. Tidak mau kalah si suami pun membalas dengan suara keras dan penuh emosi tinggi sambil memecahkan gelas ke lantai, "Baik.. baik...! Kalau itu kemauanmu, silahkan kita cerai! Oke, sekarang kita tanya anak-anak, sama siapa nanti ikut! Apa sama saya atau sama kamu!'

Lalu si suami bertanya pada anak-anaknya dengan di iringi emosi yang masih tinggi, 'Ana.. kamu pilih ikut mama atau papa..?' 'Ana ikut mama.' jawab Ana. "Ani.. kamu..?". 'Ikut mama!' jawab Ani. Karena anak ketiga belum bisa bicara, sambil membentak dengan penuh emosi.

'Semua ikut mama, tidak ada yang ikut papa..! Kalau gitu papa ikut mama juga ah!'.

Istrinya pun langsung tertawa mendengar jawaban suaminya, mereka berdua dan ketiga anaknya saling berpelukan tidak mau berpisah.

Cerita diatas adalah pengantar senyuman dipagi hari ini dengan harapan bisa menambah semangat kerja dan menambah motivasi mengawali aktifitas anda dihari ini. Semoga semua aktifitas kita dipagi hari ini mendapatkan keberkahan dari Allah dunia dan akherat. Amin

--
Sesungguhnya Allah memasukkan orang2 yang beriman dan mengerjakan amal sholeh ke dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki (QS al-Hajj : 14)

By: agussyafii

Indahnya Bersabar

Justify Full
Malam semakin larut. Di Rumah Amalia nampak anak-anak berlarian. Terdengar suara lantunan ayat suci al-Quran. Wajah mereka terlihat riang gembira. Tak lama kemudian duduk melingkar rapi. Siap mendengarkan cerita. 'Kak Agus, malam ini kita ceritanya apa?' tanya Malini. 'Malam ini cerita tentang Nabi Ayyub 'Alaihi Salam.' jawab saya. Ketika cerita dimulai, suasana menjadi senyap. Semuanya mendengarkan dengan seksama.

Di zaman dahulu kala ada seorang Nabi yang sangat kaya dan dermawan. Beliau bernama Nabi Ayyub Alaihi Salam. Ditengah kebahagiaan Nabi Ayyub bersama keluarganya, tiba-tiba dikejutkan seluruh hartanya habis terbakar, hewan ternaknya mati semua. Nabi Ayyub jatuh miskin. Ditengah kemiskinannya beliau tegar dan bersabar meskipun kehilangan hartanya. Namun penderitaan Nabi Ayyub belum berakhir, sang buah hatinya meninggal dunia satu persatu. Nabi Ayyub tetap dalam kesabaran dan ketegarannya.

Nabi Ayyub ditengah penderitaan dan kesedihan, istrinya masih dengan setia menemani beliau. Kemudian Nabi Ayyub terserang penyakit kulit yang sangat menjijikkan, semua saudara, tetangga mengucilkannya bahkan istrinya yang awalnya setia menemani sampai meninggalkan Nabi Ayyub dalam kesendirian tetapi beliau tetap bersabar menghadapi semua penderitaan dengan senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dengan kasih sayang Allah Yang Maha Memuliakan hamba-hambaNya yang bersabar, Nabi Ayyub bisa sembuh dari penyakitnya, istrinya kembali hidup bersama Nabi Ayyub dan dikaruniai anak-anak yang sehat dan sholeh serta mendapatkan harta yang melimpah kembali. Tetangga dan saudara-saudaranya yang mengucilkannya menghormati dan mengasihi Nabi Ayyub bersama keluarganya.

Diakhir cerita saya menyampaikan kepada anak-anak Amalia, hikmah kisah Nabi Ayyub yang memberikan teladan dengan selalu tabah dan bersabar ketika mendapatkan ujian dari Allah mendapatkan buah yang manis dengan dimuliakan oleh Allah. Bahwa salah satu Asma Allah adalah Al- Mu'izz, artinya Maha Memuliakan. Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak, Dia akan memuliakan hamba-hambaNya. Jika kita ingin dimuliakan Allah maka bersyukurlah ketika mendapatkan limpahan nikmat dan bersabar disaat mendapatkan ujian.

--
Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau mencabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau menghinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.' (QS. Ali Imran : 26).

By: agussyafii

Air Mata Abdullah Bin Rawahah


Abdullah Bin Rawahah dan istrinya menangis maka ia bertanya kepada istrinya, 'Mengapa engkau menangis?' Istrinya menjawab, 'saya menangis karena saya melihat engkau menangis.'

Abdullah Bin Rawahah berkata, 'saya sudah tahu bahwa saya akan melintasi neraka tetapi saya tidak tahu apakah saya akan selamat atau tidak. karena turun satu ayat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam dari Allah, yang memberitahukan bahwa saya akan melintasi neraka tetapi tidak ada berita, apakah saya selamat atau tidak.'

Ayat yang dimaksud Abdullah Bin Rawahah adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 'Dan tidak ada seorangpun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu' (QS. Maryam : 71).

Teman yang berbahagia, Abdullah Bin Rawahah adalah salah satu dari sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam dari kaum Anshar, air matanya senantiasa menetes disetiap malamnya untuk memohon ampun kepada Allah karena takut tidak selamat melintasi neraka. Lantas bagaimana dengan kita? Mampukah kita menangis malam ini untuk memohon ampun kepada Allah?

By: agussyafii

Penderitaan Sebagai Penyembuh Penyakit Hati


Jika di dalam hidup kita merasakan penuh kebahagiaaan, maka bisa kita bayangkan kita tidak pernah ditimpa kesulitan, cobaan dan penderitaan sedikitpun di dunia ini, tentunya akan membuat kita sombong dan takabur. Allah sengaja mendatangkan musibah, bencana, ujian, cobaan, penderitaan dalam hidup kita sebagai penyembuh dari penyakit hati yang akan menghancurkan kehidupan kita yang teramat dalam di dunia dan diakherat.

Banyak orang yang merasa dirinya hebat atau merasa mendapatkan apapun dalam hidupnya. Dia merasa sudah paling hebat karena status sosial, jabatan, kekayaan, wajah yang sempurna, kesehatan, pasangan hidup. Jika tergambar kesempurnaan seperti itu tidak pernah ditimpa penderitaan maka membuat dirinya menjadi angkuh, sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.' (QS. Luqman : 18).

Untuk itulah Allah sengaja sedikit memutar roda kehidupannya. Mungkin seseorang yang telah berada di atas akan diputar hingga berada di bawah. Semua ini bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan kita melainkan menyembuhkan hati kita yang mulai sombong agar menyadari bahwa semua yang dimilikinya itu milik Allah, bahwa semua keduniawiannya itu bersifat sementara.

Terlihatlah bahwa Allah bersifat sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba yang dikasihiNya. Dengan diberi masalah dan penderitaan, sebenarnya Allah ingin memperbaiki diri kita, ingin melindungi hati kita agar tidak dicemari oleh penyakit-penyakit hati yang dapat mengikis iman maupun taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Tidak ada satu musibah itu datangnya yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.' (QS. at-Taghaabun : 11).

By: agussyafii

Rasa Malu


Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam mengingatkan kepada kita bahwa cabang iman adalah iman kepada Allah dan salah satu cabang iman adalah al-haya' atau rasa malu. Malu merupakan bagian dari kemuliaan pada diri seorang Muslim. 'Setiap agama memiliki etika dan etika Islam adalah rasa malu .'(HR. Ibnu Majah).

hadist diatas menyiratkan bahwa rasa malu merupakan penyempurnaan akhlaq. Itulah sebabnya Nabi diutus dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlaq. Menurut pendapat Ibnu Qayyim kata al-Haya'u berarti malu sekaligus berasal dari kata al-haya' artinya kehidupan.

Rasa malu berarti dimaknai sebagai perangai yang dapat menolong kita meninggalkan hal-hal yang buruk, mencegah diri kita dari kemungkaran. Rasa malu juga membatasi diri kita karena takut kepada keburukan dan berhati-hati terhadap diri sendiri agar kita tidak mencemooh atau mengejek orang lain.

Rasa malu yang tercela adalah malu untuk belajar dan malu untuk memperbaiki diri. Imam Bukhari menyebutkan, 'Orang malu yang sombong tidak pernah mau menuntut ilmu dan tidak mendapatkan hidayah Allah.' Sedangkan malu yang memiliki kemuliaan adalah malu dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Beruntunglah kita masih memiliki malu untuk selalu bersujud dan menundukkan kepala dihadapan Allah yang senantiasa memohon dan berharap mendapatkan hidayahNya.

By: agussyafii

Ketika Hati Terusik


Ada seorang teman dalam kehidupan yang mapan, pekerjaan, rumah, kendaraan pribadi ada namun dalam kesendirian hatinya menjadi terusik, ketika orang tua bertanya 'kapan hendak menikah?' Dalam kehidupan masyarakat di desa ataupun dikota kehidupan berkeluarga mendapatkan tempat yang istimewa. Seseorang yang dianggap sudah dewasa dan akan dianggap menjadi insan seutuhnya jika sudah 'mentas' . Mentas artinya 'sudah berkeluarga. ' mendapatkan pasangan hidup, menikah dan punya anak.

Orang tua yang mempunyai anak belum menikah meski sudah berpenghasilan sendiri merasa belum hidup bahagia dan belum rela mati meninggalkan anak-anaknya yang belum berkeluarga. Keluarga merasa malu jika ada anggota keluarga yang tidak menikah. Begitu juga jika dalam perkawinan anak-anaknya terjadi perceraian atau perpisahan mereka merasa malu dengan tetangga ataupun sanak famili.

Anggapan masyarakat pada umumnya bahwa setiap orang harus menjadi bagian dari satu pasangan agar menjadi bahagia. Apabila ada salah seorang anak dalam keluarga menikah dengan seseorang yang terpandang, kaya raya, terpelajar, keturunan darah biru, dengan berbagai kelebihannya maka harga diri dan harkat martabat keluarga menjadi terangkat namun sebaliknya jika anak dalam keluarga menikah dengan orang yang dianggap rendah maka keluarga itu merasa dipermalukan dan jatuh. Dengan segala upaya orang tua ataupun pihak keluarga akan menghalangi atau menolak karena perkawinan itu dianggap tidak seimbang atau sekelas.

Demikian pula banyak yang merasa belum menjadi insan seutuhnya tanpa adanya partner ataupun pasangan hidup. Bahkan mereka menjadi insan yang gagal apabila tidak mendapatkan jodoh atau perkawinan tidak berjalan sebagaimana semestinya. Pandangan ini tentu saja tidaklah sepenuhnya benar. Dalam masyarakat modern dimana kesibukan begitu menyita waktu kita, bahkan seorang perempuan yang bekerja dan berpenghasilan sendiri tanpa seorang partner merupakan pemandangan yang biasa. Namun disisi lain pandangan umum masyarakat kita dari dulu hingga sekarang, masih memandang dan mengharapkan perkawinan atau hidup berpasangan sebagai kehidupan yang paling sempurna dan kegagalan ataupun kesendirian dianggap 'aib' yang harus dijauhi.

Bila kita mengalami hal itu, masih dalam kesendirian atau mengalami kegagalan dalam perkawinan tidak usah terlalu risau dan juga bukanlah aib yang harus dijauhi. Yang paling penting dekatkanlah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan penyerahan hati secara total maka membuat hati anda menjadi lebih tenang, Allah tidak akan membiarkan anda berjalan sendirian dalam kesepian.

'Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.' (QS. an Nahl : 96).

By: agussyafii

Kemenangan


Sudah beberapa hari puasa di bulan suci Ramadhan, seorang suami hendak berangkat ke kantor, istrinya berpesan.
'Pak, beras sudah habis.'
'Iya Bu.'
'Aku butuh duit buat belanja Pak.'
'Iya Bu.'
'Jangan cuman iya Pak, anak-anak butuh baju baru, juga buat pulang kampung, tiga bulan kita belum ngasih uang buat orang tua, beli oleh-oleh, nanti sore aku mau masak opor ayam.'
'Iya Bu.'
'Pokoknya hari ini uangnya sudah harus ada Pak.'
'Iya Bu.'
'Juga pesan sekarang carter mobil untuk pulang kampung lebaran Pak..'
'Iya Bu.'
Sesampai di kantor Sang Bapak kedatangan tamu.

'Apa kabar Pak?'
'Alhamdulillah, baik..'
Puasa hari ini Pak?'
'Alhamdulillah, puasa.'
Sebuah amplop coklat tebal tergeletak di mejanya, Tamu itu menyodorkan sambil berkata, 'Maaf Pak, ini ada sedikit rejeki buat lebaran..'
Sang Bapak, matanya terpaku. Tangannya gemetar dan bertanya, 'Maaf apa ya..?'
'Mohon diterima Pak, sekalian ucapan terima kasih.' Mendengar ucapan tamu itu, air mata Sang Bapak meleleh karena pesan istri dan amplop coklat telah menyiksa hidupnya.

Sore hari Sang Bapak bergegas pulang, beliau sudah bersiap-siap berbuka puasa dengan nasi dan rendang semalam plus tangisan istrinya. Masih terbayang-bayang dipelupuk matanya amplop coklat tebal berisi uang yang telah ditolaknya. Itulah kemenangan.
--

Dan sungguh akan Kami berikan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan 'Kami milik Allah dan kepadaNya juga kami kembali' Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (QS. al-Baqarah : 155-157).

By: agussyafii

Dimanakah Kebahagiaan?


Pernah ada satu kisah seorang petani miskin, karena hidupnya menderita maka memutuskan untuk mencari emas diseluruh pelosok negeri tetapi apa yang dilakukannya sia-sia belaka dan akhirnya petani itu kembali ke kampungnya dan bekerja seperti biasanya. Sampai pada satu hari ketika sedang mencangkul di halaman belakang cangkulnya mengenai benda yang sangat keras. Ternyata benda keras itu adalah bongkaran emas. Petani itu tidak pernah menyangka apa yang dicarinya selama ini ditemukannya dihalaman rumahnya sendiri.

Begitulah perumpamaan kebahagiaan. Dimanakah kebahagiaan itu berada? Begitu kita keliling dunia untuk mencari kebahagiaan, ternyata kebahagiaan itu kita temukan di dalam diri kita sendiri.

Semua yang menjadi milik kita di dunia ini seperti harta, pasangan hidup, jabatan adalah sementara. Kita hanya bisa merasakan kebahagiaannya sebentar saja yaitu sepanjang hidup kita. Lantas dimanakah kebahagiaan yang sejati itu? Dimanakah kebahagiaan yang sesungguhnya bagi kita?

Bagi sebagian orang yang percaya bahwa hidup itu hanyalah kehidupan di dunia dan tidak percaya adanya kehidupan akherat maka hidupnya akan menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang, justru diliputi kecemasan karena takut kehabisan waktu untuk menikmati hidupnya. Mereka akan melakukan apapun asal 'bahagia' untuk mendapatkan yang mereka inginkan namun yang terjadi hanya mendapatkan siksaan dan penderitaan. Sedangkan bagi orang yang beriman, kebahagiaan di dunia adalah semu. Kebahagiaan yang hakiki adalah berada disisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Di Tempat yang sungguh bahagia, disisi Tuhan Yang Menguasai segala-galanya, ' (QS. al-Qomar : 55).

By: agussyafii

Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak


Rasulullah saw. sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri ataupun anak orang lain. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra' bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, "Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka." Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata, "Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538).

Bahkan dalam shalat pun Rasulullah saw. tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau. Hal ini kita dapat dari cerita Abi Qatadah, "Suatu ketika Rasulullah saw. mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash -anak Zainab, putri Rasulullah saw.-Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali." (HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi'ush Shalah, hadits nomor 840).

Peristiwa itu bukan kejadian satu-satunya yang terekam dalam sejarah. Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa, "Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata, 'Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali.' Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, 'Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuha peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.' Beliau kemudian berkata, 'Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya. " (HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).

Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw. "Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, 'Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.'" (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544).

Begitulah Rasulullah saw. bersikap kepada anak-anak. Secara halus Beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga mencontohkan dalam praktik bagaimana bersikap kepada anak dengan penuh cinta, kasih, dan kelemahlembutan.

Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., adalah bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.

Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak

Bagaimana orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.

Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?"
"Betul," jawab Umar.
"Apakah hak sang anak?"
"Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur'an," jawab Umar.
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju'lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur'an," kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, "Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu."

Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda' meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian." (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).

Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.

Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.

Kejahatan kedua: melebihkan seorang anak dari yang lain

Memberi lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar saudara.

Nu'man bin Basyir bercerita, "Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku -'Amrah binti Rawahah-kemudian berkata, 'Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehinggi menemui Rasulullah.' Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya, 'Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu? ' Ia berkata, 'Tidak.' Rasulullah saw. berkata, 'Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu. ' Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu." (HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).

Dan puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal, tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar pun itu bukanlah dosa dan kejahatan. Justru setiap keterbatasan anak adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya. Rasulullah saw. bersabda, "Rahimallahu waalidan a'aana waladahu 'ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan." (HR. Ibnu Hibban)

Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tsalatsatu da'awaatin mustajaabaatun: da'watu al-muzhluumi, da'watu al-musaafiri, da'watu waalidin 'ala walidihi; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya." (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1828)

Entah apa alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya. Saking bencinya, seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.

Coba simak kisah ini. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, "Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya." Orang itu menjawab, "Ya." Abdullah bin Mubarak berkata, "Engkau telah merusaknya."

Na'udzubillah! Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu. Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang tuanya.

Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada anak

Ada syair Arab yang berbunyi, "Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina. Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya."

Perhatian. Itulah kata kuncinya. Dan bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.

Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Perintah ini diberikan Allah swt. dalam bentuk umum. "Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. " (QS. At-Tahrim: 6)

Adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi anak-anaknya. Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."

Rasulullah saw. bersabda, "Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun." (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).

Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik." (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, "Ini hadits mursal.")

Oleh: Mochamad Bugi


Kamis, 26 Agustus 2010

Ketika Hati Terusik

Justify Full
Ada seorang teman dalam kehidupan yang mapan, pekerjaan, rumah, kendaraan pribadi ada namun dalam kesendirian hatinya menjadi terusik, ketika orang tua bertanya 'kapan hendak menikah?' Dalam kehidupan masyarakat di desa ataupun dikota kehidupan berkeluarga mendapatkan tempat yang istimewa. Seseorang yang dianggap sudah dewasa dan akan dianggap menjadi insan seutuhnya jika sudah 'mentas' . Mentas artinya 'sudah berkeluarga. ' mendapatkan pasangan hidup, menikah dan punya anak.

Orang tua yang mempunyai anak belum menikah meski sudah berpenghasilan sendiri merasa belum hidup bahagia dan belum rela mati meninggalkan anak-anaknya yang belum berkeluarga. Keluarga merasa malu jika ada anggota keluarga yang tidak menikah. Begitu juga jika dalam perkawinan anak-anaknya terjadi perceraian atau perpisahan mereka merasa malu dengan tetangga ataupun sanak famili.

Anggapan masyarakat pada umumnya bahwa setiap orang harus menjadi bagian dari satu pasangan agar menjadi bahagia. Apabila ada salah seorang anak dalam keluarga menikah dengan seseorang yang terpandang, kaya raya, terpelajar, keturunan darah biru, dengan berbagai kelebihannya maka harga diri dan harkat martabat keluarga menjadi terangkat namun sebaliknya jika anak dalam keluarga menikah dengan orang yang dianggap rendah maka keluarga itu merasa dipermalukan dan jatuh. Dengan segala upaya orang tua ataupun pihak keluarga akan menghalangi atau menolak karena perkawinan itu dianggap tidak seimbang atau sekelas.

Demikian pula banyak yang merasa belum menjadi insan seutuhnya tanpa adanya partner ataupun pasangan hidup. Bahkan mereka menjadi insan yang gagal apabila tidak mendapatkan jodoh atau perkawinan tidak berjalan sebagaimana semestinya. Pandangan ini tentu saja tidaklah sepenuhnya benar. Dalam masyarakat modern dimana kesibukan begitu menyita waktu kita, bahkan seorang perempuan yang bekerja dan berpenghasilan sendiri tanpa seorang partner merupakan pemandangan yang biasa. Namun disisi lain pandangan umum masyarakat kita dari dulu hingga sekarang, masih memandang dan mengharapkan perkawinan atau hidup berpasangan sebagai kehidupan yang paling sempurna dan kegagalan ataupun kesendirian dianggap 'aib' yang harus dijauhi.

Bila kita mengalami hal itu, masih dalam kesendirian atau mengalami kegagalan dalam perkawinan tidak usah terlalu risau dan juga bukanlah aib yang harus dijauhi. Yang paling penting dekatkanlah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan penyerahan hati secara total maka membuat hati anda menjadi lebih tenang, Allah tidak akan membiarkan anda berjalan sendirian dalam kesepian.

'Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.' (QS. an Nahl : 96).

by: agussyafii

Rabu, 25 Agustus 2010

Pentas Kehidupan


Teringat lagu Achmad Albar, 'hidup ini panggung sandiwara,' maka memang sudah sepatutnya bagi kita untuk memilih peran yang baik, mudah dan membahagiakan. Meskipun semua peran dalam hidup kita selalu miliki manfaat, sepatutnya kita dapat memilih peran yang terbaik dan terhebat.

Peran terbaik dan terhebat bukan pada jenis pekerjaan dan profesi seseorang melainkan profesi dan pekerjaan apapun, bila kita kerjakan dengan kesungguhan hati dan ketulusan akan menghasilkan karakter pada diri kita yang hebat. Kehebatan peran juga tidak terletak pada banyaknya pujian dan decak kagum dari orang lain. Yang paling mendasar dalam menjalankan peran adalah totalitas dalam memenuhi semua aturan main yang telah ditetapkan oleh Sang Sutradara Kehidupan.

Untuk memulai menjalani peran yang baik kita harus mampu meyeleksi dan mengaudisi diri sendiri, manakah yang layak untuk kita kerjakan atau tidak layak kita kerjakan. Hati kita merupakan medan pertempuran antara hawa nafsu dan nurani. Bila hawa nafsu yang menang maka seluruh peran yang kita lakoni tidak mengindahkan norma dan aturan. Namun bila nurani mampu mengalahkan hawa nafsu maka peran kita menjadi indah dan bermanfaat bagi orang-orang disekeliling kita.

'Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu' orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapatkan kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tiada batas.' (QS. Az-Zumar : 10).

by: agussyafii

SHALAT KHUSYU'

Banyak orang mendefinisikan khusyu' dengan menggunakan acuan peristiwa Syaidinna Ali ketika kakinya terkena anak panah. Ketika anak panah tersebut akan dicabut Beliau mengerang, tak kuat menahan sakit sehingga para sahabat tak tega mencabutnya. Lalu Beliau shalat dengan khusyu'. Dan ketika shalat itu, anak panah dapat dicabut tanpa Syaidinna Ali merasakan kesakitan.

Peristiwa tersebut sangat popular dan memberikan kesan yang kuat bahwa salah satu tanda shalat yang khusyu' adalah seseorang tidak lagi merasakan sakitnya luka. Seolah-olah ketika shalat dengan khusyu', kita bisa lepas dari alam dunia. Tidak merasakan apa-apa dan tidak memikirkan apa-apa lagi. Kesan ini diperkuat lagi oleh cerita tentang satria yang sedang bersemedi didalam kisah perwayangan. Diganggu jin dan gendruwo tidak gentar, dikelilingi binatang buas diam saja, dirayu bidadari cantik tidak tergoda. Tahan tidak makan dan minum berhari-hari lamanya. Apakah shalat khusyu' harus seperti itu? Siapa orang yang paling khusyu' shalatnya di dunia ini? Pasti kita sepakat, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling khusyu' shalatnya. Marilah kita melihat bagaimana Rasulullah melakukan shalatnya.

a.. Ketika Nabi sedang memimpin shalat, tiba-tiba terdengar tangis anak kecil. Beliau pun mempercepat shalatnya, takut terjadi sesuatu dengan anak itu.
b.. Ketika sedang shalat, Nabi melihat ada binatang berbisa mendekat. Beliau pun menghentikan shalat untuk membunuh binatang tersebut, lalu meneruskan kembali shalatnya.
c.. Pada suatu saat, setelah selesai shalat berjamaah, Nabi tidak berdzikir sebagaimana biasanya, tetapi segera bergegas pulang. Ketika telah kembali ke masjid, Beliau ditanya oleh sahabatnya mengenai ketergesaan itu. Beliau mengatakan, bahwa ketika shalat Beliau ingat ada sedekah yang belum dibagikan. Karena itu, Beliau segera pulang agar dapat membagi sedekah tersebut secepatnya.
d.. Ketika sedang berperang, Nabi mengajarkan shalat khauf. Shalat berjamaah yang dilakukan dengan cara yang unik karena harus tetap dalam kondisi siaga terhadap serangan musuh.
Dari beberapa riwayat tersebut, ternyata ketika shalat, Nabi selalu peka dan tanggap kepada lingkungannya. Beliau tetap mendengar dan melihat apa yang terjadi di sekelilingnya. Lintasan-lintasan pikiran pun tetap ada ketika Beliau shalat. Bahkan jika ada masalah, Beliau mengajarkan kepada kita untuk shalat sunnat 2 rakaat. Artinya, ketika shalat, Beliau bukan melupakan suatu masalah, tetapi malah sengaja membawa masalah tersebut dalam shalatnya untuk disampaikan kepada Allah agar diberikan jalan keluarnya. Apa yang Beliau ajarkan sesuai dengan apa yang diperintahkan di dalam Al Qur'an :

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah [2] : 153)

Oleh: Abu Sankan

Sabtu, 21 Agustus 2010

Perih Di Hati

Ketika cobaan atau musibah menghampiri hidup kita, terasa perih di hati. Banyak yang menyangka bahwa cobaan atau musibah itu adalah adzab dari Allah, dianggapnya sebagai murka Allah. Padahal jika kita renungkan lebih dalam, sebenarnya selagi kita masih hidup, Allah berkenan memberikan kesempatan agar kita memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak pernah memberikan siksaan melainkan 'sentilan kecil' bagi kita hambaNya yang lalai dan lupa diri untuk kembali ke jalan yang benar.

'Sesungguhnya Allah tidak pernah memberikan siksa kepada seseorang walaupun sebesar zarrah sekalipun dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar.' (QS. an-Nisaa' : 40).

Jika kita masih mendapatkan 'sentilan kecil' dari Allah maka itu tandanya Allah masih sayang kepada kita. Itu tandanya Allah masih ingin agar kita berubah menjadi baik dan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sekalipun sentilan itu terkadang begitu sangat perih di hati kita.

Kita terkadang tidak menyadari bahwa setiap hari kita diuji dan diingatkan oleh Allah. Setiap kejadian pada diri kita bukanlah kebetulan atau sesuatu yang sia-sia. Bagi kita sebagai orang yang beriman setiap peristiwa di dalam hidup kita yang manis dan yang pahit, yang menyenangkan hati atau yang membuat hati menjadi perih, yang membuat kita tersenyum atau yang membuat kita menangis semua itu ada hikmahnya.

Semua cobaan dan musibah dalam hidup kita adalah sebuah peringatan dan 'sentilan kecil' yang datangnya dari Allah karena kita telah keluar dari jalur yang ditetapkan olehNya. Selama kita masih bernafas dan bisa melangkahkan kaki menuju masjid itu tandanya Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa berbuat baik. Jadi, kembalilah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bersimpuhlah dihadapanNya. Sebelum semuanya terlambat.

--
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Lukman : 22).

by: agussyafii

Ketegaran Hati

Ketika itu ufuk awan dipenghujung memerah menghiasi cakrawala. Matahari condong ke barat tenggelam. Sementara pepohonan melambai seakan mengikuti irama. Suara adzan maghrib telah berlalu. Anak-anak Amalia dengan wajah sumringah menghiasi indahnya malam. melantunkan ayat suci al-Quran terasa meresap dalam jiwa.

Seorang Ibu muda berkunjung ke Rumah Amalia untuk berbagi kebahagiaan. untuk anak-anak Amalia. Malam beliau bertutur bahwa sebagai 'Single Parent' tidak mudah. selain memang tidak nyaman namun juga godaan dan cobaan bisa datang setiap saat. Untunglah bahwa beliau menyadari tempat untuk berteduh hanyalah berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat hatinya menjadi tegar menghadapi berbagai masalah kehidupan

Pernikahan yang pertama harus kandas. dalam keadaan hatinya menjadi galau dan gundah, dirinya menyerahkan segala permasalahan hidupnya kepada Allah. berkat kerja kerasnya kebutuhan ketiga anak-anaknya yang ditinggal suaminya bisa diatasinya. Bagaikan berjalan dengan 'kaki sebelah' perlahan-lahan kondisi ekonomi keluarganya bisa bangkit membaik. Usaha yang dirintisnya berkembang pesat mengalami kemajuan. Bahkan order pesanan datang dari luar kota.

'Setiap kali saya membaca surat ar-Rahman yang berbunyi, 'Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?' membuat bulu kuduk saya merinding karena merasakan begitu besarnya karunia Allah yang diberikan kepada kami.' tuturnya.

Sampai pada suatu peristiwa yang membuat hatinya terkejut, putrinya yang bungsu jatuh sakit terkena step dan paru-parunya infeksi. Pada saat itu juga dilarikan putrinya ke rumah sakit namun takdir tak bisa dilawan. Menjelang adzan subuh, putrinya meninggal untuk selama-lamanya. Hatinya begitu hancur menyaksikan kepergian putrinya.

'Saya bersimpuh memohon ampun kepada Allah, saya percaya Allah yang mengatur semua ini agar menjadi ladang untuk meningkatkan ketaqwaan saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' ucapnya, wajahnya memerah berlinangan air mata. Hatinya begitu tegar dalam menjalani hidup. Setegar batu karang ditengah hempasan badai dan gelombang dilautan kehidupan. Subhanallah.

--
'(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat ALlah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.' (ar-Raad : 28).

by: agussyafii

Raja Yang Gelisah


Pada suatu hari ada seorang raja yang gelisah, ditengah harta berlimpah, istri yang cantik, kehidupannya hampir tidak memliki kekurangan apapun dalam materi tetapi raja itu merasa gelisah, tidak tahu apa yang membuat hidup gelisah. Maka pada suatu malam sang raja keluar dari istana untuk mencari pengobat rasa gelisahnya.

Raja memutuskan menyamar dan mengembara. Di sebuah desa, ia menemukan beberapa penduduk yang terus menerus mengeluh hidup kekurangan. Ditempat yang tidak jauh sang raja melihat ada pedagang kaya raya tetapi terus menerus mengomel dan marah karena hari itu tidak untung besar.

Melihat kenyataan hidup seperti itu sang raja semakin tidak mengerti, apa yang sebenarnya yang dicari dalam hidup ini. Disaat raja menerung dan putus asa tiba-tiba terdengar suara seseorang, 'Alhamdulillah, pekerjaan hari ini sudah selesai. Alhamdulillah, malam ini sudah makan. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah sekarang waktunya untuk istirahat.' ucapnya.

Suara itu benar-benar menggetarkan jiwa sang raja, mampu merasakan kebahagiaan dan kedamaian dihatinya. Sang raja mencari sumber suara itu, dia tertegun dan terpaku ternyata suara itu berasal dari seorang pemuda yang mengenakan pakaian lusuh yang nampak tertidur pulas di gudang penyimpanan barang. Melihat pemuda itu, sang raja meneteskan air mata betapa kebahagiaan justru hadir pada orang yang dipandang sebelah mata sementara dirinya sebagai raja yang berlimpah harta dan kekuasaan hidup dalam penderitaan.

Pesan kisah diatas, kita dapat melihat bahwa kunci kebahagiaan itu sebenarnya ada dalam hati kita. Suasana hati kita tergambar dalam kehidupan sehari-hari, senang, sedih, tertawa, menangis, terdiam, tersenyum. Kunci kebahagiaan tidak dapat ditemukan dari harta berlimpah ataupun kekuasaan melainkan pada hati yang tenteram.

---
'(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah! hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.' (ar-Raad : 28).

by: agussyafii