Jumat, 18 Desember 2009

Berprasangka Baik


Ada seorang perempuan pergi ke dokter untuk memeriksakan tekanan darahnya. Ruang tunggu dokter penuh karena banyak pasiennya. Dia harus mengantri. Hampir satu jam kemudian namanya baru dipanggil. Ketika namanya dipanggil kakinya kesemutan sehingga jalannya masuk ke ruang dokter dengan kaki terpincang-pincang.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah biasa lagi. Dua pasien yang dari tadi memperhatikan perempuan masuk ke ruang dokter, kini memandang heran, yang seorang pasien menyenggol sebelahnya sambil mengatakan, 'lihat tuh, betul kan yang saya bilang? Dokter ini memang top di kota ini.'

Begitulah kita pada umumnya seringkali mengambil kesimpulan berdasarkan prasangka. Prasangka terbangun karena kebiasaan. Kebiasaan membangun karakter pribadi seseorang. Kebiasaan-kebiasan untuk berprasangka baik atau berpikir positif kita diajarkan sejak anak-anak dengan melalui sholat. Setiap kali kita selesai sholat selalu diakhiri dengan salam.

Mengucapkan salam kepada Alloh SWT merupakan simbol dari keislaman. Makna Islam berarti berdamai dengan Alloh SWT. Kita tidak memiliki masalah kepada Alloh dan tidak berpikir negatif kepadanya.

Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negatif terhadap Alloh SWT, terutama jika mengalami nasib kurang baik Jika berlarut, itulah titik permulaan dari malapetaka rohani dan kebangkrutan spiritual.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsiy, ana `inda dzonni `abdi, Aku tergantung bagaimana hamba Ku menganggap Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.’ Hadis qudsi di atas sebuah kiasan untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Alloh SWT ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.

Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat kepada Alloh.’

Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya. Ayat itu diakhiri dengan permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bisa dipahami salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia mempunyai pikiran negatif terhadap sesama ciptaan-Nya.

Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, ‘Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya’
Maksud dari ayat ini kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan berprasangka baik dan juga berpikiran baik kepada Alloh, sesama saudaranya dan alam sekitarnya.