Kamis, 17 Desember 2009

Kapan Punya Nissan?

Justify Full
Malam itu saya on air di Radio Bahana untuk mengisi program acara 'Power of Peace.' Kalo ada teman-teman yang pengen ikutan boleh juga. silahkan hubungi saya. Namun malam itu ada sesuatu yang menarik buat saya malam itu. Sebuah tulisan dari desain kaos oblong milik Mas dwijo, salah seorang reporter Radio Bahana.

Tulisan itu berbunyi, Kapan punya Nissan? yang tergambar mobil nissan. Semangat hidup saya seolah berkobar. Pertanyaan itu menyulut saya untuk bekerja keras, seolah hendak hidup selamanya. Siang malam bekerja, tiada henti. Memenuhi semua kebutuhan. Untungnya dalam hidup ini tidak terjebak dalam kredit ataupun kartu kredit. Ada teman yang bekerja berangkat pagi pulang malam setiap harinya. Sampai satu hari teman itu bertanya tetangga kami yang tinggal tepat disebelah rumahnya. 'Mas Agus, Pak Sugeng kemana ya kok nggak pernah kelihatan?' 'Hah?' terheran saya mendengarnya. 'Mas, Maaf..Pak Sugeng sudah meninggal tiga bulan yang lalu.'jawab saya. mendengar perkataan saya wajahnya tidak menampak refleksi apapun. Wajahnya datar. 'Maaf' katanya sambil meninggalkan saya berlalu begitu saja.

Mungkin teman ini merupakan wujud dari bagian mekanistik masyarakat perkotaan. Semua berputar dan bekerja seolah tiada henti. Tidak mengenal lelah. Kalo berhenti berarti orangnya lagi tidur. Tidur sebentar atau mungkin tidur selamanya.

Desain kaos oblong Mas Dwijo ini sangat menarik. Tulisan berikutnya berbunyi, Kafan punya nisan? dengan gambar kain kafan dan batu nisan. Membaca tulisan itu rasanya 'makdeg' ada kekagetan. seolah mengingatkan saya tentang kematian. Kematian merupakan sebuah oase perjalanan panjang. Berhenti untuk mengingatkan bahwa hidup tidaklah selamanya. Berpikir kafan punya nisan menjadi bahan pengerem ambisi yang tak pernah ada habisnya. Teman menyeletuk.. hus ngapain ngomongin kematian, kayak nggak punya kerjaan.

Tidak ada salahnya sekali watu kita mengingat mati. jika ingin mati secara indah, hiduplah dengan indah. Jika kita tahu kapan kita mati maka hidup kita akan menjadi tenang, santun dan rendah hati. Kematian menjadi sesuatu yang menakutkan karena adanya perpisahan. Bila terbiasa dengan perpisahan sehari-hari maka perpisahan melalui kematian akan menjadi sesuatu yang indah. Mengingat kematian berarti membuka pintu pencerahan hati kita. yaitu memperlakukan semua sama indahnya. gagal sukses, suka duka, manis getir, sehat sakit, hidup mati, kaya miskin semuanya indah dan sempurna. Menjalani hidup dengan penuh syukur kehadirat Ilahi Robbi.

By: agussyafii