Jumat, 25 Desember 2009

Detik-Detik Kelahiran


Malam itu saya gelisah menunggu istri diruang bersalin. Dia terbaring terkulai lemah dengan tangan ada infusnya untuk di induksi. Dari jam 10 siang saya menjaganya. Sampai menjelang matahari terbenam belum terlihat tanda-tanda hendak melahirkan. Sempat tadi siang tidur nyenyak dan makannya cukup lahap.

Sebelumnya Bidan Lilis mengatakan kondisi bayi kami dalam keadaan sehat namun tidak bisa menunggu hari terlalu lama sebab berat bayi akan terus bertambah. 'Bila nanti masih juga tidak lahir, tidak ada pilihan lain harus di sesar.' Ucap Bidan Lilis.

Saya terkejut mendengarkannya. Istri saya tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Beberapa kali istri saya mengatakan tidak mau disesar. Ingin melahirkan secara alamiah aja. Sayapun menenangkan hatinya. 'Santai aja, makan yang banyak dan minum air putih. Insya Alloh semuanya lancar.' jawab saya padanya. Nampak Hana berlari memeluk mamahnya, 'Mah, sabar mah..' kata Hana. Melihat tingkah laku Hana membuat kami tersenyum.

Terbayang betapa beratnya perjuangan istri saya melahirkan. Setiap rasa sakit tiba, perutnya mules, hati saya terasa perih bagai teriris. Berkali-kali saya menyeka keringatnya. Terdengar ucapan istighfar meluncur dari mulutnya begitu saja. 'Astaghfirullahal adzim, astaghfirullahal adzim..' sambil menahan sakit. Air mata saya mengalir tak kuasa menahannya. Istri saya memberikan tanda agar saya meninggalkannya. 'Sebaiknya tunggu diluar aja mas..' katanya.

Perjuangan seorang istri untuk melahirkan begitu teramat berat. Saya teringat akan hadist Nabi Muhamad SAW 'aljannatu tahta akdamil umahat' 'Surga itu dibawah telapak kaki ibu.' Nabi mengisyaratkan begitu mulianya seorang ibu karena perjuangan ibu ketika melahirkan begitu sangat luar biasa sakitnya. Itulah sebabnya Nabi Muhamad SAW menyebutkan surga dibawah telapak kaki ibu, bukan dibawah telapak kaki ayah karena ayah tidak melahirkan.

Berkali-kali saya ditemani Hana keluar masuk ruangan bersalin sudah tak terhitung berapa puluh atau mungkin ratusan kali saya mengintip pada detik-detik kelahiran putra saya sampai lutut kaki saya terasa lemas dan terduduk tak berdaya tepat jam 10.15 malam terdengar suara bayi yang terdengar nyaring. Subhanallah. Tangisan bayi itu mengobati sakitnya istri saya yang berjuang seharian. Senyumnya mengembang. Menatap mesra sang bayi. 'Lihat Mas, matanya seperti Mas Agus,' tutur istri saya. Hana duduk dipangkuan saya dengan memanggil-manggil dedek bayinya. Tak lama kemudian saya sujud syukur. Alhamdulillah, Terima kasih Ya Alloh atas semua karuniaMu ini..' ucap saya dalam sujud syukur. (21-12-2009, Ciledug).

----
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar.' ( QS Lukman. 13:31 )

By: agussyafii